Selasa, 09 Desember 2014

Ketika Saya Mulai Diam

Ketika Saya Mulai Diam.

Dulu saya punya kebiasaan mengkritik orang lain. Protes ini, protes itu. Ada saja yg hrs saya komentari.
Intinya apapun itu saya beri komentar, sebab saya merasa tidak cocok dgn apa yg dilakukan oleh orang lain. Jika orang lain memberikan bantahan maka saya akan memberikan pernyataan tandingan. Sampai seringkali pernyataan saya lebih dominan emosional daripada rasional. Lalu ketika saya menyempatkan diri utk mulai duduk diam dan mengamati kondisi internal saya, saya baru tahu. Waaaw, Tidak heran selama ini hidup saya runyam sekali.
Banyak hal yg tak sesuai dgn saya. Kondisi batin saya saja acak adut. Berserakan. Pikiran saya tidak rapi. Terlalu liar utk bisa fokus kepada satu hal dan menikmatinya sebagaimana adanya.

Dari pengalaman ini saya belajar bhw, ketika saya sibuk mengomentari orang lain, itu krn saya tidak betah dgn diri saya sendiri. Pikiran saya tak betah tinggal di dalam diri saya karena internal yg kacau balau. Pikiran saya telah punya kebiasaan tidak rapi dan dia mulai mengacaukan orang lain dgn kritikan2.
Setelah saya lebih sering lagi duduk diam dan memberi pikiran saya tugas utk fokus pada satu hal saja, selama setengah jam, satu jam setiap hari. Pikiran saya perlahan-lahan mulai rapi.
Saya lebih banyak memuji daripada mengkritik.
Saya lebih memberi saran daripada menyalahkan.
Saya lebih banyak diam mendengarkan daripada berbicara kesana kemari.
Saya lebih bisa memilah mana informasi yg bermanfaat utk saya mana yg harus saya abaikan saja.
Saya lebih banyak tersenyum daripada berwajah tegang.

Lingkungan saya mulai berubah. Dgn pujian tulus mereka lebih berkembang di banyak aspek. Mereka bertumbuh.

Satu pembelajaran lagi bagi saya bahwa ternyata ketika saya memandang kualitas positif dari orang lain dan menyampaikannya dgn tulus, mereka akan berubah menjadi lebih baik. 
Ternyata untuk mengubah lingkungan saya, saya dulu yang harus berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar