Sabtu, 18 Juli 2015

Pesan dari mahabharata

Mahabharata;
"Tuhan berpihak kepada yg berjalan diatas Kebenaran".

Dari awal sampai akhir pendawa mengalami kepahitan dan kesengsaraan, tetapi dalam proses itulah mereka mendapatkan kebaikan di setiap problema, semisal saat bima di racun, bima justru mendapatkan kekuatan supernya dalam tragedi itu.

Dan seterusnya dalam setiap problem berat pendawa justru mendapat Kebaikan yang besar.

Penghujung cerita Sri Krisna mengajarkan tentang melepaskan segala keterikatan (kesenangan di dunia), basic dari Moksha. Pendawa di bimbing oleh Guru Sejati.

Dan setiap periode waktu Guru Sejati hadir di dunia membimbing umat manusia untuk kembali ke langit (kejati diri yang asli).

Semoga damai di hati, damai di dunia, semua damai.

Semoga semua mahluk hidup mendapatkan kesempatan untuk di bimbing Guru Sejati.

Penderitaan Ekstra

Penderitaan Ekstra

Ada dua macam penderitaan.
Yang pertama adalah penderitaan alami, yang semua orang akan terkena.

Contoh penderitaan alami:
- sembilan bulan lebih kita berdiam di dalam perut ibu;
- lahir, terkena udara dingin, menangis;
- penyakit yang bermacam-macam
- umur lanjut, badan menjadi lemah sekali, semangat menurun, lalu mati;
Itu semua adalah penderitaan, siapa yang bisa menghindarinya?

Ada penderitaan yang ke dua. Ini adalah penderitaan ekstra.
Siapa yang memberikan penderitaan ekstra?

Yang memberikan penderitaan ekstra, yang membuat penderitaan ekstra itu adalah: diri kita sendiri.

Keinginan tidak tercapai, menderita.
Anak muda mencari pasangan, yang sudah diincar ternyata meleset, ini mengakibatkan penderitaan, amat menderita, seolah-olah habislah dunia ini, lalu ingin bunuh diri. Inilah penderitaan ekstra yang dibuat sendiri.

Akhirnya dapat istri yang cocok, cantik, setia, bahagia. Lima tahun kemudian bosan. Cari yang lain dengan diam-diam. Dapat, bahagia, tetapi lalu diketahui sang istri, penderitaan luar biasa.

Apakah semua ini bukan penderitaan ekstra?

Menghadapi penderitaan alami saja seringkali kita merasa tidak mampu.

Mengapa harus membuat penderitaan ekstra lagi?

Tertarik dengan keinginan yang bermacam-macam sampai menimbulkan penderitaan ekstra itu adalah ulah dari diri kita sendiri.
Mata melihat yang bagus, timbul senang, itu adalah wajar. Tidak ada masalah! Masalah timbul kalau ada yang mengipas-ngipas, merayu-rayu, "Itu bagus, kalau kamu punya kan bagus. Kamu pasti bisa senang terus."
Itu adalah ulah dari nafsu keserakahan.

Kalau nafsu semakin gencar, "Apa saja lakukanlah, pokoknya yang bagus itu harus menjadi milikku."
Mata melihat sesuatu, ada keserakahan, lalu timbullah keinginan untuk "lagi-lagi-lagi....."

Telinga, hidung, lidah, tubuh kita, kontak dengan hal-hal yang menimbulkan kenikmatan, maka nafsu keserakahan akan ngipasi, "Lagi, lagi, lagi, enak kan."

Kebencian dan Keserakahan

Kebencian dan Keserakahan

Kebencian dan keserakahan bersumber pada pandangan yang salah dalam memahami segala sesuatu.
Kalau keserakahan dan kebencian terpenuhi tuntutannya, maka serakah dan benci akan menjadi semakin besar dan akan menuntut pemuasan yang lebih besar lagi.

Kesengsaraan adalah "akibat". Kita merasa tidak enak adalah "akibat". Tetapi keserakahan dan kebencian bukanlah "akibat" melainkan "sebab". Keserakahan dan kebencian mengakibatkan kesengsaraan.

Keserakahan dan kebencian muncul dari pandangan yang salah. Yang tidak kekal dianggap kekal, yang tidak baik dianggap baik, yang tidak abadi dianggap abadi, kesenangan yang sepintas dianggap bisa dinikmati terus menerus. Itulah pandangan salah. Lalu timbullah keserakahan dan timbullah kebencian.
Serakah itu ingin mendapat sesuatu
Benci itu ingin menyingkirkan sesuatu dan ingin menghancurkan sesuatu.
Kalau keserakahan dan kebencian timbul dan tidak dijaga, hingga muncul melalui mulut, timbullah ucapan buruk. Kalau muncul melalui jasmani, timbullah perbuatan jahat. Akibatnya adalah kesengsaraan dan penderitaan.

Merupakan kewajiban bagi tiap orang untuk membangun dan mengukuhkan keyakinan atas tanggung jawab setiap perbuatannya.
Sikap menghargai tiap kehidupan, mencintai sesama manusia, menerima perbedaan sebagai realitas kehidupan harus menjadi tema utama pendidikan seutuhnya.
Mencintai dan mengasihi akan membuat seseorang mampu mengendalikan diri dan menghapuskan kegelapan bathin yang menjadi sumber keserakahan dan kebencian.

Sumber: "Bersahabat dengan Kehidupan" - Bhikkhu Sri Pannyavaro

Teori dan praktek

Cara menjadi murid yang baik
Niatan saja jadi acuannya, tanpa dibarengin kepentingan pribadi.

Jika penyampaian sesuatu hal masih dibarengin dengan emosi.
Jika pula menanggapi sesuatu dengan emosi.
Jika pula menyimpulkan sesuatu dengan emosi.

Juga ada dgn tujuan lain, (bahasa kasarnya), asal guru senang, cari muka, pahlawan kesiangan, menaikkan harga diri,  baru berbuat 1 hal sudah menepuk dada, menyuarakan kata-kata klo tidak ada saya dak akan berhasil dan banyak lagi lainnya. (ampure).

Yang lebih halus,
saya akan berbuat yg terbaik saja dan belajar dengan tekun saja tetapi begitu ada penilaian yang tidak sesuai dengan harapan kita sdh ada pikiran, " saya sudah berbuat baik kok masih dibilang tidak baik".

Kesimpulannya masih tetap dalam teori yang sama, namun sulit di kerjakan,........
Jangan pernah ragu dalam berbuat sesuatu sesuai swagina sebagai wujud bakti persembahan pada Guru, dan apapun hasilnya tetaplah dalam kedamaian yang harmonis.

Itu pengalaman pribadi saya selama ini dan sekarang pun masih berjuang untuk bisa keluar dari sifat tersebut

Jadi klo ada yang menemukan diri saya seperti itu, mohon dimaafkan, karena saya msh berproses menjadi lebih baik dan berusaha menjadi lebih berguna untuk orang lain

Godaan ego

Godaan terbesar dr belajar spiritual adalah keangkuhan, merasa diri lebih suci dari orang lain, merasa diri lebih benar dan tak mau menerima pandangan orang lain.

Sulitnya menerima perbedaan konsep dan cara pandang orang lain, sering merubah pikiran kita pada rasa tidak senang akan pendapat orang lain.
Dalam dunia spiritual, pengendalian diri paling utama, bisa menjadi tolak ukur, itu menandakan pencapaian dalam belajar dan pendakian sudah pada tahap yang hampir mencapai puncak.

Sering kali kita akhirnya terjerembab dalam perangkap kesombongan spriritual.
Saya lebih dari kamu.
Mari kita mulat sarira sareng sami
Karena perangkap ini juga bisa mengenai kita

Jika saya marah... saya sadar bahwa saya marah
Tapi jika saya angkuh... saya tidak sadar bila saya sombong
Karena perangkap kesombongan itu sangat halus... jadi berhati hatilah.

Bagaimana dgn mereka yang tidak sadar sedang marah ??

Sudah pasti pula mereka tidak sadar sedang menyombongkan diri ????

Tutur kata halus tidak akan menghilangkan keangkuhan, begitu juga, pitutur ayu, jika ada niat lain yang tersirat.

Merenung ke dalam.

Hidup adalah perubahan

Hidup adalah PERUBAHAN
Pola Pikir yang POSITIF untuk membawa kita ke kehidupan yang Lebih Baik & Lebih Dewasa, bukan sekedar menjadi tua.

Hidup tidaklah lama, sudah saatnya kita bersama membuat HIDUP LEBIH BERHARGA.

Saling menghargai,
Saling membantu,
Saling memberi,
Saling mendukung,

Jadilah teman setia tanpa syarat,
Jangan saling memotong & menggunting sesama teman,

Tunjukkanlah bahwa kita masih mempunyai Nurani,

Jauhkan niat jahat untuk mencelakai teman,

Jauhkan niat memaksa seseorang melakukan suatu hal untuk kepentingan pribadi kita,

PERCAYALAH AKAN ADA "AKIBAT" KARENA ADA "SEBAB",
APA YANG DI TABUR, ITULAH YANG AKAN DI TUAI.

Apapun yang terjadi mari KITA selalu BERSYUKUR.
Selamat Berhari Minggu bersama keluarga .

Bekerja tanpa memperhatikan hasil

Bekerja tanpa mengharapkan hasil bukan berarti kerja ngawur sia-sia tanpa tujuan.

Setiap tindakan pasti ada tujuan.
Untuk mencapai tujuan ada proses. Yang dimaksud bekerja tanpa mengharapkan hasil adalah agar kita tidak terikat pada hasil.
Keterikatan pd hasil bisa menyebabkan stress bila hasil tidak tercapai. Kadangkala ada kejadian tak terduga menjelang akhir proses. Ibarat pepatah, suapan terakhir di depan mulut bisa jatuh. Biasanya suapan terakhir berisi lauk paling enak. Tetap pada proses yang benar untuk mencapai tujuan. Hasil akhir ditentukan oleh proses dan karmaphala kita.

esha te ’bhihita sankhye
buddhir yoge tv imam shrnu
buddhya yukto yaya partha
karma-bandham prahasyasi

Terjemahan:
Aku sudah menjelaskan pengetahuan Sankhya atau pelajaran analisis kepadamu. Sekarang, dengarkanlah pengetahuan tentang (Karma) Yoga atau melakukan pekerjaan tanpa mengharapkan pahala. Melalui kesadaran persamaan seperti itu wahai Arjuna, engkau akan terbebaskan dari ikatan karma